Friday, November 18, 2011

Canto do Literario : "Hypa's Phrase"


Hai readers.....kali ini author akan menulis tentang kata-kata yang menurut author mempunyai susunan yang indah,kata-kata yang akan kita bahas hari ini berasal dari sebuah novel yang berjudul Azazil.Novel Azazil ditulis oleh Prof.Dr.Youssef Ziedan,yang merupakan seorang guru Filsafat Islam di Fakultas Adab Universitas Alexandria dan merupakan seorang kepala Pusat Manuskrip dan bagian Museum Perpustakaan Alexandria.

Kata-kata ini,dalam novel tersebut terucap dari salah satu tokoh didalam novel yang bernama Hypa.Hypa adalah seorang rahib yang hidup pada masa kejayaan kerajaan Alexandria.Sebenarnya kalau kita membaca secara sekilas,kata-kata ini tidak begitu berbeda dengan kata-kata yang sering kita dengar dikehidupan kita sehari-hari.Tetapi,setelah kita membacanya secara berulang atau secara teliti maka kita akan mendapatkan sebuah rangkaian kata yang mempunyai arti dalam yang tersirat dalam susunan kata-kata ini.Penasaran dengan kata-kata tersebut,,,???berikut ulasannya....cekidot.

Sebelum kita membahas kata-kata indah yang terdapat didalam novel,author terlebih dahulu akan meretype kalimat pembuka yang terdapat didalam novel....
Setiap orang mempunyai setan sendiriyang menyertainya kemanapun,termasuk diriku,Hanya saja Allah membantuku mengalahkannya hingga dia menyerah dan masuk Islam...(berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari).
And then,,,,berikut ulasan dari novelnya (disini author menyebutkan kata “Bab” menjadi “Lembaran” sesuai dengan yang terdapat didalam novel)....

§  Lembaran Dua “Rumah Tuhan” halaman 66 :
“Andai aku betul-betul menjadi sebatang pohon seperti ini.Untuk selama-lamanya!Menjadi sebuah pohon rindang dan tidak berbuah;hingga tidak ada yang berpikir untuk melempariku dengan batu-batu.Hingga semua orang menyayangiku karena bisa bernaung dikerindangan tubuhku”.
§  Lembaran Dua “Rumah Tuhan” halaman 73 :
“Dosa-dosa dan kenangan-kenangan kita yang tidak pernah mengenal tidur sama sekali.Karena itu,kenangan-kenangan itu akan terus memburu kita kemanapun dan dimanapun sehingga kita tidak pernah tenang”.
§  Lembaran Tiga “Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 102 :
“Sebuah hari yang sangat panjang;Hari yang menjadi misteri karena aku tidak tahu bagaimana akan mengawalinya dan bagaimana akan berakhir”.
§  Lembaran Tiga “Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 108 :
“Keseriusan adalah lawan kata dari kelinglungan karena hilang ingatan”.
§  Lembaran Tiga “Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 115 :
“Baru aku tahu sekarang bahwa dibalik ketenangan yang membuai perasaan,laut ini bisa berbuat makar;diam-diam menusuk dari belakang”.
§  Lembaran Tiga “Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 118 :
“Kedamaian laut yang tidak pernah berkhianat”.
§  Lembaran Tiga “Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 118 :
“Jalannya lemah gemulai,bergoyang ke kiri-kanan,seakan-akan tubuhnya adalah selarik asap dupa”.
§  Lembaran Empat “Godaan Oktavia” halaman 138 :
“Kau boleh bersedih sebentar karena itu sudah tabiat anak manusia.Namun,kesedihanmu akan pergi bersama berlalunya waktu karena keadaan anak manusia selalu berubah”.
§  Lembaran Empat “Godaan Oktavia” halaman 155 :
“Hanya buku yang bisa membuatku berkeinginan untuk menyendiri”.
§  Lembaran Lima “Oktavia Masih Menggoda” halaman  162 :
“Kehidupan ini sejatinya penuh makar yang bergerak diam-diam,membawa kita tanpa disadari melalui deretan ruang dan waktu,kemudian mengubah diri  kita menjadi orang lain yang bisa jadi tidak kita kenali lagi”.
§  Lembaran Lima “Oktavia Masih Menggoda” halaman  166 :
“Sebuah kosakata adalah netral dari sebuah dosa dan kesalahan;dosa-dosa seperti itu baru akan muncul saat kata-kata itu disusun sedemikian rupa menjadi kalimat”.
§  Lembaran Lima “Oktavia Masih Menggoda” halaman  178 :
“Merupakan sebuah perjudian yang membahayakan kalau kita kehilangan kewaspadaan dan percaya begitu saja kepada orang yang yang baru kita kenal”.
§  Lembaran Delapan “Menyepi Diantara Batu Karang” halaman  189 :
“Sungguh kehampaan itu bagiku sangat menyakitkan,sebagaimana kesendirian ini juga menyakitkan”
§  Lembaran Delapan “Menyepi Diantara Batu Karang” halaman  198 :
“Malam itu sudah terlalu berat untuk ditanggung oleh langit sehingga mau tidak mau harus turun ke bumi”.
§  Lembaran Sembilan  “Saudari Kandung Yesus Kristus”  halaman  213 :
“Semuanya terjadi hanya dalam sekejap untuk ditutup menjadi lembaran masa lalu yang harus ditinggalkan selamanya”.
§  Lembaran Sembilan “Saudari Kandung Yesus Kristus”  halaman  243 :
“Menjadi  ibu kota garam yang memedihkan luka dan kekerasan yang menghancurkan dunia”.
§  Lembaran Sembilan “Saudari Kandung Yesus Kristus”  halaman  243 :
“Teriakan terakhirnya membahana sebelum dia diam untuk selamanya;seakan-akan langit kerajaan Tuhan menyerap habis erangan kesakitan yang keluar dari mulutnya”.
§  Lembaran Sepuluh  “Pengembaraan Tak Tentu Arah”  halaman  245 :
“Aku merasa hatiku sekarang mencair dan mengalir diantara tulang-tulang dadaku,dan kemudian menguap menjadi udara”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  246 :
“Laut yang dulu kukira merupakan titik mula kehidupan;sekarang aku baru tahu dengan pasti bahwa laut ini sejatinya adalah akhir dari semua keberadaan”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  248 :
“Yang masih ada dibenakku hanyalah khayalan yang menghiasi pikiranku pada saat itu bagaikan mimpi-mimpi”.
“Ilalang yang ujungnya meninggi seakan-akan ingin menjejak langit”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  251 :
“Disini segala isi bumi bercampur dan air bertemu langit.Dari sinilah aku akan memulai kehidupan baru”.
“Kehampaan pertama yang menjadi awal dari segala sesuatu...”
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  253 :
“Tampaknya dinding itu juga ingin beristirahat karena sudah terlalu lama berdiri”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  256 :
“Rasa segan karena beratnya medan yang harus ditempuh membuatku berteduh dibawah pohon yang menyiratkna belas kasih seperti seorang ibu kepada anaknya”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  258 :
“Sedangkan dalam kata-katanya yang tidak banyak itu ada kebijaksanaan yang jernih”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  261 :
“Sungguh Tuhan menyembunyikan Diri-Nya dibelakang tirai-tirai kemuliaan mahakuasa untuk berbuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya terhadap siapapun yang dikehendaki-Nya”.
§  Lembaran Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman  262 :
“Barangkali sudah tiba saatnya aku beristirahat sejenak karena mata rantai kenangan itu sudah mulai terlepas dari tali otakku serta benang merah yang mengikat kemampuanku untuk merenunginya juga sudah putus”

Oke readers...sampai disini dulu sharing kita kali ini....oya..Didalam novel Azazil terdapat 30 Lembaran (Bab),tapi disini author baru sharing 10 Bab...jadi yang dua puluh menyusul ya....karena author menulis postingan ini dibagi menjadi 3 bagian.Oke....terimakasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca postingan saya.Selamat Beraktifitas...^^