Hai readers.....kali ini author akan
menulis tentang kata-kata yang menurut author mempunyai susunan yang
indah,kata-kata yang akan kita bahas hari ini berasal dari sebuah novel yang
berjudul Azazil.Novel Azazil ditulis oleh Prof.Dr.Youssef Ziedan,yang merupakan
seorang guru Filsafat Islam di Fakultas Adab Universitas Alexandria dan
merupakan seorang kepala Pusat Manuskrip dan bagian Museum Perpustakaan
Alexandria.
Kata-kata ini,dalam novel tersebut
terucap dari salah satu tokoh didalam novel yang bernama Hypa.Hypa adalah
seorang rahib yang hidup pada masa kejayaan kerajaan Alexandria.Sebenarnya
kalau kita membaca secara sekilas,kata-kata ini tidak begitu berbeda dengan
kata-kata yang sering kita dengar dikehidupan kita sehari-hari.Tetapi,setelah
kita membacanya secara berulang atau secara teliti maka kita akan mendapatkan
sebuah rangkaian kata yang mempunyai arti dalam yang tersirat dalam susunan
kata-kata ini.Penasaran dengan kata-kata tersebut,,,???berikut
ulasannya....cekidot.
Sebelum kita membahas kata-kata indah
yang terdapat didalam novel,author terlebih dahulu akan meretype kalimat pembuka yang
terdapat didalam novel....
Setiap orang mempunyai setan sendiriyang menyertainya kemanapun,termasuk diriku,Hanya saja Allah membantuku mengalahkannya hingga dia menyerah dan masuk Islam...(berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari).
And then,,,,berikut ulasan dari
novelnya (disini author menyebutkan kata “Bab” menjadi “Lembaran” sesuai dengan
yang terdapat didalam novel)....
§
Lembaran Dua
“Rumah Tuhan” halaman 66 :
“Andai aku betul-betul menjadi sebatang pohon
seperti ini.Untuk selama-lamanya!Menjadi sebuah pohon rindang dan tidak
berbuah;hingga tidak ada yang berpikir untuk melempariku dengan
batu-batu.Hingga semua orang menyayangiku karena bisa bernaung dikerindangan
tubuhku”.
§
Lembaran Dua
“Rumah Tuhan” halaman 73 :
“Dosa-dosa dan kenangan-kenangan kita yang
tidak pernah mengenal tidur sama sekali.Karena itu,kenangan-kenangan itu akan
terus memburu kita kemanapun dan dimanapun sehingga kita tidak pernah tenang”.
§
Lembaran Tiga
“Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 102 :
“Sebuah hari yang sangat panjang;Hari yang
menjadi misteri karena aku tidak tahu bagaimana akan mengawalinya dan bagaimana
akan berakhir”.
§
Lembaran Tiga
“Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 108 :
“Keseriusan adalah lawan kata dari
kelinglungan karena hilang ingatan”.
§
Lembaran Tiga
“Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 115 :
“Baru aku tahu sekarang bahwa dibalik
ketenangan yang membuai perasaan,laut ini bisa berbuat makar;diam-diam menusuk
dari belakang”.
§
Lembaran Tiga
“Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 118 :
“Kedamaian laut yang tidak pernah berkhianat”.
§
Lembaran Tiga
“Ibu Kota Kekerasan Yang Menggarami Luka” halaman 118 :
“Jalannya lemah gemulai,bergoyang ke
kiri-kanan,seakan-akan tubuhnya adalah selarik asap dupa”.
§
Lembaran Empat
“Godaan Oktavia” halaman 138 :
“Kau boleh bersedih sebentar karena itu sudah
tabiat anak manusia.Namun,kesedihanmu akan pergi bersama berlalunya waktu
karena keadaan anak manusia selalu berubah”.
§
Lembaran Empat
“Godaan Oktavia” halaman 155 :
“Hanya buku yang bisa membuatku berkeinginan
untuk menyendiri”.
§
Lembaran Lima
“Oktavia Masih Menggoda” halaman 162 :
“Kehidupan ini sejatinya penuh makar yang
bergerak diam-diam,membawa kita tanpa disadari melalui deretan ruang dan
waktu,kemudian mengubah diri kita
menjadi orang lain yang bisa jadi tidak kita kenali lagi”.
§
Lembaran Lima
“Oktavia Masih Menggoda” halaman 166 :
“Sebuah kosakata adalah netral dari sebuah
dosa dan kesalahan;dosa-dosa seperti itu baru akan muncul saat kata-kata itu
disusun sedemikian rupa menjadi kalimat”.
§
Lembaran Lima
“Oktavia Masih Menggoda” halaman 178 :
“Merupakan sebuah perjudian yang membahayakan
kalau kita kehilangan kewaspadaan dan percaya begitu saja kepada orang yang
yang baru kita kenal”.
§
Lembaran Delapan
“Menyepi Diantara Batu Karang” halaman
189 :
“Sungguh kehampaan itu bagiku sangat
menyakitkan,sebagaimana kesendirian ini juga menyakitkan”
§
Lembaran Delapan
“Menyepi Diantara Batu Karang” halaman
198 :
“Malam itu sudah terlalu berat untuk
ditanggung oleh langit sehingga mau tidak mau harus turun ke bumi”.
§
Lembaran Sembilan
“Saudari Kandung Yesus Kristus” halaman
213 :
“Semuanya terjadi hanya dalam sekejap untuk
ditutup menjadi lembaran masa lalu yang harus ditinggalkan selamanya”.
§
Lembaran Sembilan
“Saudari Kandung Yesus Kristus”
halaman 243 :
“Menjadi
ibu kota garam yang memedihkan luka dan kekerasan yang menghancurkan
dunia”.
§
Lembaran Sembilan
“Saudari Kandung Yesus Kristus”
halaman 243 :
“Teriakan terakhirnya membahana sebelum dia
diam untuk selamanya;seakan-akan langit kerajaan Tuhan menyerap habis erangan
kesakitan yang keluar dari mulutnya”.
§
Lembaran
Sepuluh “Pengembaraan Tak Tentu
Arah” halaman 245 :
“Aku merasa hatiku sekarang mencair dan
mengalir diantara tulang-tulang dadaku,dan kemudian menguap menjadi udara”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
246 :
“Laut yang dulu kukira merupakan titik mula
kehidupan;sekarang aku baru tahu dengan pasti bahwa laut ini sejatinya adalah
akhir dari semua keberadaan”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
248 :
“Yang masih ada dibenakku hanyalah khayalan
yang menghiasi pikiranku pada saat itu bagaikan mimpi-mimpi”.
“Ilalang yang ujungnya meninggi seakan-akan
ingin menjejak langit”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
251 :
“Disini segala isi bumi bercampur dan air
bertemu langit.Dari sinilah aku akan memulai kehidupan baru”.
“Kehampaan pertama yang menjadi awal dari
segala sesuatu...”
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
253 :
“Tampaknya dinding itu juga ingin beristirahat
karena sudah terlalu lama berdiri”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
256 :
“Rasa segan karena beratnya medan yang harus
ditempuh membuatku berteduh dibawah pohon yang menyiratkna belas kasih seperti
seorang ibu kepada anaknya”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
258 :
“Sedangkan dalam kata-katanya yang tidak
banyak itu ada kebijaksanaan yang jernih”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
261 :
“Sungguh Tuhan menyembunyikan Diri-Nya
dibelakang tirai-tirai kemuliaan mahakuasa untuk berbuat segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya terhadap siapapun yang dikehendaki-Nya”.
§
Lembaran Sepuluh
“Pengembaraan Tak Tentu Arah” halaman
262 :
“Barangkali sudah tiba saatnya aku
beristirahat sejenak karena mata rantai kenangan itu sudah mulai terlepas dari
tali otakku serta benang merah yang mengikat kemampuanku untuk merenunginya
juga sudah putus”
Oke readers...sampai disini dulu sharing kita kali ini....oya..Didalam novel Azazil terdapat 30 Lembaran (Bab),tapi disini author baru sharing 10 Bab...jadi yang dua puluh menyusul ya....karena author menulis postingan ini dibagi menjadi 3 bagian.Oke....terimakasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca postingan saya.Selamat Beraktifitas...^^
No comments:
Post a Comment